Pembangunan

Berdayakan Generasi Muda Papua Melalui Pengolahan Ikan Gabus

suaranewspapua.com. jayapura. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi UKM dan Tenaga Kerja Provinsi Papua terus memberdayakan generasi muda untuk merubah pola pikir agar mampu bersaing di dunia wirausaha.

Kabid Perindustrian, Dinas Perindagkop UKM dan Tenaga Kerja Provinsi Papua, DR. Yoniman Ronting, mengatakan pengolahan ikan gabus menjadi pil kapsul berbeda dengan pengembangan sagu menjadi tepung sagu sehingga membutuhkan ketrampilan atau skill yang khusus.

“Kami melihat itu di anak-anak muda sehingga Dinas Perindagkop menyiapkan satu set mesin produk mulai dari olahan ikan gabus mentah sampai jadi pil kapsul ikan gabus yang mengandung albumin dan sangat dibutuhkan di pasar untuk kesehatan bahkan dari luar Papua sangat dicari,” terangnya saat membuka bimtek pengolahan ikan gabus di Kota Jayapura, Kamis (10/12/2020).

Menurutnya, potensi ikan gabus di Papua sangat luar biasa terutama di Jayapura dan Merauke belum dimanfaatkan.

Bahkan, jika ikan gabus di jual di pasar atau pinggir jalan maka harganya masih normal namun bila sudah diolah menjadi pil kapsul, ikan gabus memiliki nilai jual tinggi sekali.

“Untuk itu, Dinas Perindagkop memberikan bantuan alat pengolahan ikan gabus yang merupakan program kerja bidang perindustrian dialokasikan dalam APBD Perubahan tahun 2020 sebesar Rp. 300 – an juta itu sudah temasuk kemasan kapsul,” rincinya.

Dikatakan, ada 6 alat mulai dari mesin presto, alat giling basah, giling kering hingga dioven sampai menjadi pil kapsul ikan gabus

“Kami memang tahun 2020 ini ada bantuan peralatan sekaligus juga memberikan bimbingan teknis. Jadi sebenarnya ini satu set dan mulai perijinan satu pintu, balai POM, dinas kesehatan semua kami undang untuk memberikan bimbingan teknis ini supaya ke depan kami mengurus ijin – ijinya tidak ada kesulitan,” katanya.

Harapan ke generasi muda Papua untuk pola pikir bisa dirubah karena anak – anak muda jangan selalu ingin jadi pegawai negeri karena alam Papua sangat luar biasa sehingga bisa membuka lapangan kerja.

“Itu yang kita dorong, ketika membuka satu industri kecil seperti begini tenaga kerja terbuka. Kedepan kita menumbuhkan minta wirausaha karena di Papua masih kurang,” kata Yoniman.

Sementara itu, ahli gizi dan Peneliti Uncen, I Made, mengatakan potensi sumber daya alam memang dasari oleh penelitian ilmiah dulu ternyata ikan gabus sudah banyak orang meneliti dan positif untuk dapat meningkatkan imonologi dan mempercepat penyembuhan operasi dan masih banyak nutrisi yang lain.

“Artinya bahwa luas Papua ini belum ada orang yang berpikir untuk produksi kapsul ikan gabus. Saya sebagai peneliti menciptakan satu alat produksi yang dibuat standar sehingga lolos dalam verifikasi kesehatan dan balai POM,” kata Pak Made sapaan akbarnya.

Kemudian kita memberikan cara pengolahan lagi kalau satu hari tidak bisa tapi proses produksi satu minggu tiga kali dan kita akan dampingi sampai kemasan lengkap nanti.

“Jadi otomatis anak – anak muda papua yang bisa mengolah ikan gabus menjadi kapsul ini entry point sudah agak bagus, kita harap pengolahan ikan gabus menjadi kapsul maka anak – anak ini mendapatkan hasil yang nyata,” ujarnya.

“Sehingga kita sekarang mendorong itu bagaimana tingkat motivasi kreasi mereka muncul dan bagaimana membaca peluang dengan menghubungi rumah sakit untuk membeli kapsul ini berkat perlindungan perindustrian dan kesehatan,” sambungnya.

Menurutna, kedepan kalau bisa kapsul ikan gabus Papua langsug protec tidak usah dari luar karena ikan gabus kita banyak dan akan kerjasama dengan hampir semua rumah sakit di Papua agar produk yang dibuat anak – anak muda harus dimanfaatkan karena dari penelitian, kesehatan, balai POM dan perindustrian mendampingi jadi sudah terintegrasi semua.

“Jadi kekuatiran dari produk kapsul ikan gabus tidak perlu diragukan lagi oleh sebab itu kita kerjasama. Jadi yang ada di Papua ini manfaatkan produk lokal. Kita sudah harus melompat satu langkah bukan lagi daerah konsumen tapi sudah produsen,” jelasnya.

Kalau industri kecil ini sudah kita lalui maka apa yang disebut kedatangan uang ke Papua akan muncul, kalau kita sebagai konsumen otomatis uang kita keluar semua ini juga mempengaruhi peredaran uang di masyarakat.

“Kita berharap generasi muda Papua ini jeli dan membaca peluang bagaimana supaya anak – anak muda tidak vacum tapi menjadi produktif yang secara otomatis uang akan datang. Harapan saya sekecil apapun sumber daya alam di Papua harus dimanfaatkan oleh masyarakat lokal. Oleh sebab itu saya sebagai peneliti lokal terus berinovasi kepada masyarakat,” harapnya.

Dikatakan, produksi penglahan ikan gabus jadi kapsul ini baru yang pertama kali di Papua, Ikan gabus di Merauke kita buang – buang dengan menjual ke Makassar kemudian diolah jadi kapsul baru kirim kembali ke Papua dengan sangat yang tinggi.

“Nilai tambah kita tidak dapat apa – apa kalau kita jual ikan gabus keluar Papua. Jadi disinilah penting teknologi dan kerjasama seorang peneliti serta terintegrasi dengan semua dinas terkait dan kedepan akan bangun mesin pengolahan ikan gabus di Merauke.” kata Made.

Ketua Papua Next Community, Elia Musa Rawar, mengatakan bimtek pengolah ikan gabus jadi kapsul ini sangat bagus bagi ana – anak muda Papua sehingga dapat merubah pola pikir menjadi seorang pengusaha sejak dini.

Menurutnya, saat ini Pemerintah bukan saja menyiapkan lahan tetapi anggaran untuk bahan baku dan mesin olah ikan gabus juga sudah disiapkan sehingga ini generasi muda Papua harus manfaatkan melihat peluang ini.

“Jadi, memang sangat bagus sekali, kalau mau di bilang semua ini sudah ada tinggal kita menggunakan dengan baik dan ke depan kita bisa menghasilkan sesuatu yang dapat menunjukan bahwa kegiatan ini tidak sia – sia cuma bukan hanya diserahkan ke masyarakat tapi bisa kelolah dan menghasilkan sesuatu,” kata Rawar yang juga Korwil PMI Mamta.

Pria yang akrab disapa Mozes, menjelaskan anak – anak muda manfaatkan peluang untuk mainset dirubah jadi seorang pengusaha bukan lagi PNS sesuai visi misi gubernur dan kepala dinas perindagkop Papua.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada kepala dinas pemerintah provinsi papua khusus dinas perindagkop untuk kesempatan yang sangat indah ini,” katanya.

Dijelaskan, anak – anak muda cepat bosan dan ingin pekerjaan yang santai sehingga sebelum terlambat lebih baik generasi muda Papua harus rubah mainset.

“Iya, betul sekali. Saya lihat anak – anak muda di Papua macam mainset itu ingin jadi PNS, mereka pikir PNS itu terjamin. Memang pendapatan bulanan terjamin tapi jika dilihat baik ada teman -teman setelah jadi PNS mereka bilang pendapatan bulanan tidak mencukupi kebutuhan sehingga harus ada penghasilan lain,” ujarnya.

Harapan untuk anak – anak muda itu harus banyak dorongan dari komunitas untuk mensuport anak – anak muda Papua agar bisa bersaing di dunia wirausaha. “Kalau jadi pengusaha peluang lebih besar bagaimana bisa manfaatka peluang – peluang yang ada apalagi Papua punya kekayaan alam yang luar biasa,” pungkas mozes.

Related Articles

Back to top button