Berita UtamaEkonomi BisnisKeberhasilanKesejahteraanPembangunanPemerintahan

Meningkatkan Nilai Ekonomi Sagu: Langkah FAO UN untuk Masyarakat Adat Papua

Jayapura – Dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat adat di Kampung Yoboi, Kabupaten Jayapura, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO UN) Perwakilan Indonesia dan Timor Leste bekerja sama dengan Analis Papua Strategi (APS) telah melatih 30 orang dalam pengolahan sagu.

Rajendra Aryal, Perwakilan FAO UN Indonesia dan Timor Leste, mengatakan di Sentani pada Sabtu bahwa masyarakat adat dapat berpartisipasi dan meraih manfaat ekonomi dari rantai nilai sagu utama melalui penerapan teknologi yang telah disesuaikan dan hubungan pasar yang tepat.

“Masyarakat adat dapat meningkatkan kesetaraan dalam pengolahan sagu yang berkelanjutan, berkontribusi pada ketahanan pangan, diversifikasi, serta ketahanan ekonomi bagi komunitas lainnya,” ujar Aryal.

Sagu, yang merupakan makanan pokok yang diwariskan secara turun-temurun dan memiliki nilai sakral bagi sebagian besar masyarakat adat, juga dipertimbangkan sebagai sumber karbohidrat alternatif untuk memastikan ketahanan dan keanekaragaman pangan, menurut Elvyrisma Nainggolan, Ketua Kelompok Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian.

Nainggolan menekankan pentingnya memberdayakan kelompok kampung penghasil sagu agar mampu mengolah sagu menjadi berbagai produk, seperti tepung, kue, dan mie.

Untuk mempromosikan produk berbasis sagu hasil olahan masyarakat adat Yoboi, FAO UN, YOSIBA, dan APS meluncurkan Festival Sagu pertama di Kabupaten Jayapura. Selama festival, perempuan dan anggota masyarakat adat Yoboi lainnya menyajikan hidangan berbasis sagu, seperti mie, beras analog, dan tepung sagu, untuk memperomosikan potensi unggulan daerah tersebut.

“Harapan kami, melalui festival ini, produk turunan sagu hasil olahan masyarakat adat Kampung Yoboi dapat dipromosikan dan dijangkau pasar yang lebih luas,” tambah Aryal.

Related Articles

Back to top button