Suaranewspapua.com – Sejak 2020 Kristina Degey dan Sarah Pakage serta anggotanya membuat suvenir khusus PON XX berupa noken, tas adat papua untuk tahun 2020.
Setiap hari dari pukul 07.00 hingga pukul 18.00 Waktu Papua (WP) mereka berjualan noken di lampu merah Dok 5 Jayapura dan di sepanjang trotoar di depan kantor pusat Bank Papua, Kota Jayapura. Kelompok ini beralamat di Kampung Baru Dok 5, Jayapura, Papua.
“Waktu itu ada anggota yang buat lima, ada yang buat sepuluh, yang beli itu mereka mau bawa keluar sebagai oleh-oleh,” ujar Degey.
Kristina Degey dan anggotanya membentuk kelompok Noken Matopai pada 2020 yang beranggota 33 orang. Kelompok tersebut dibentuk untuk mempermudah mendapat bantuan dari Disperindagkop Kota Jayapura, Papua.
“Sebelumnya kita jualannya sendiri-sendiri tapi kami ikuti yang su punya ruko itu punya kelompok, dorang dapat bantuan, pemerintah kota itu mau bantu tapi harus punya kelompok, kalau perorangan itu tidak bisa,” katanya.
Tapi menurutnya yang terutama dibentuk kelompok ini agar sesama anggota saling membantu supaya usaha noken bisa terus berjalan. Selain itu juga tidak kesulitan mendapatkan modal membiayai pendidikan anak-anak mereka.
“Kami saling bantu, ada yang tidak punya uang beli benang atau yang mau bayar uang sekolah anaknya bisa saling pinjam dulu,” ujarnya.
Degey dan anggotanya akan mulai memproduksi noken khusus PON XX berukuran kecil, sedang, dan besar pada Maret 2021. Noken yang akan dibuat bermotif maskot PON XX dan motif tulisan.
Mereka memilih membuat noken untuk dijual pada PON XX karena selama menekuni usaha noken sangat diminati. Juga karena alasan budaya turun-temurun.
“Bagi kami orang gunung seperti Lapago dan Meepago, noken itu kehidupan kami, jadi kami punya budaya dari orangtua,” katanya.
Ia melanjutkan, pertama noken tersebut untuk membawa hasil kebun atau sambil menunggu hasil kebun.
“Kami bikin noken untuk tukar dengan dengan petatas, keladi, atau babi untuk piara, da sebelum ada kain sarung anak bayi isi dalam noken,” ujarnya.
Ia dan anggotanya akan membuat noken berbahan kulit kayu, anggrek, dan benang. Noken kulit kayu dan anggrek akan dijual Rp100 ribu sampai Rp1 juta. Sedangkan noken berbahan benang akan dijual Rp100 ribu sampai Rp500 ribu.
Degey dan anggotanya akan membuat 300 noken kulit kayu genemo dan anggrek. Kemudian 500 noken berbahan benang manila, polikceri, dan poletik. Biasanya untuk noken benang mereka belanja bahan di Pasar Hamadi dan Pasar Youtefa. Sedangkan bahan noken kulit kayu atau anggrek dipesan dari Paniai.
Lama mengerjakan satu noken kulit kayu dan anggrek tergantung ukuran, bisa seminggu hingga sebulan. Sedangkan dari benang hanya tiga hari.
Biaya produksi noken benang Rp60 ribu dan dari kulit kayu atau anggrek Rp150 ribu sampai Rp300 ribu. Untuk penjualan 800 buat noken pada PON XX, Degey menargetkan bisa mendapatkan keuntungan Rp50 juta..
“Dari setiap noken yang terjual kami menyisihkan Rp5 ribu untuk dimasukkan ke dalam kas kelompok,” ujarnya.