Berita Utama

“Ketika Dunia Mengakui Papua Milik Indonesia: Kisah di Balik 1 Mei”

Oleh Steve Rick Elson Mara S.H., M.Han.
Diplomat Indonesia kelahiran Wamena, Papua, Suku Asli Saireri
Tokoh Pemuda Papua

Jayapura 1 Mei 2025- Di ujung timur Indonesia, tanah Papua menyimpan kisah panjang perjuangan identitas dan keutuhan bangsa. Sebuah babak penting dalam sejarah itu kembali digaungkan oleh Steve Mara, tokoh muda Papua yang tak lelah menyerukan semangat persatuan. Baginya, 1 Mei bukan sekadar tanggal, tapi tonggak sejarah integrasi Papua ke dalam pangkuan Ibu Pertiwi.

1945: Garis Awal dari Sebuah Cita-Cita

Saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, sebuah prinsip hukum internasional bernama Uti Possidetis Juris menjadi dasar kuat bagi kedaulatan wilayahnya. Prinsip ini menyatakan bahwa negara yang merdeka akan mewarisi batas wilayah administratif penjajah sebelumnya.

Dengan begitu, Papua—yang kala itu merupakan bagian dari Hindia Belanda—secara sah masuk dalam wilayah Indonesia. Namun, sejarah tak selalu berjalan lurus. Belanda menolak menyerahkan Papua, menjadikan wilayah ini sebagai simpul konflik dekolonisasi yang belum usai.

1949: Janji di Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 menjadi panggung diplomasi yang penuh harapan. Di sana, Belanda berjanji akan menyerahkan Papua kepada Indonesia paling lambat tahun 1950. Tapi janji tinggal janji. Saat Indonesia menunggu pemenuhan kesepakatan, Belanda malah melangkah mundur dari komitmennya.

1960: Arah yang Berubah

Tahun 1960, dunia dikejutkan oleh pidato Ratu Juliana. Ia menyatakan bahwa Papua akan diberi kemerdekaan. Pernyataan itu mengejutkan Indonesia, sekaligus memperumit proses dekolonisasi yang sedang diupayakan. Perbedaan pandangan ini memperuncing konflik, membuka babak baru ketegangan antara dua negara.

1962: Jalan Tengah di New York

Amerika Serikat turun tangan. Melalui diplomasi yang intens, lahirlah Perjanjian New York pada 15 Agustus 1962. Di bawah pengawasan PBB, disepakati bahwa Papua akan diserahkan kepada Indonesia melalui badan khusus bernama United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).

Tanggal penting pun ditetapkan. 1 Mei 1963, UNTEA secara resmi menyerahkan Papua kepada Indonesia. Tanggal ini menjadi simbol: hari ketika dunia mengakui Papua sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebuah langkah yang sah, tertulis, dan disepakati di panggung internasional.

1 Mei: Simbol Integrasi, Bukan Aneksasi

Namun, di balik peringatan ini, masih ada narasi yang menyesatkan. Beberapa pihak menyebut 1 Mei sebagai hari pencaplokan. Steve Mara menanggapi tegas: “Itu keliru dan menyesatkan. Ini adalah hari integrasi, bukan aneksasi.” Bagi Steve, 1 Mei adalah kemenangan diplomasi dan kedaulatan. Momentum penyatuan kembali dalam satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa.

Menatap Masa Depan: Papua Damai dan Sejahtera

Tak hanya melihat ke masa lalu, Steve Mara juga menatap masa depan. Ia menyerukan ajakan kepada seluruh pemuda Papua untuk menjadi bagian dari pembangunan. “Kita harus membangun diri, meningkatkan kapasitas, dan mengambil peran dalam pembangunan Indonesia,” tegasnya.

Ia percaya, Papua bisa maju melalui pendidikan, infrastruktur, dan keterlibatan aktif generasi mudanya. Baginya, kedaulatan adalah harga mati, dan persatuan adalah kekuatan bangsa.

Related Articles

Back to top button