Papua – Dunia pendidikan di Papua berduka setelah Oktovianus Rayo, guru SD Inpres Beoga dan Yonatan Randen, guru Matematika SMPN 1 Beoga, tewas ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak.
Kecaman atas aksi berdarah kepada kedua guru tersebut pun bermunculan dari berbagai pihak.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPPAD) Provinsi Papua, Christian Sohilait yang juga mengutuk tindakan tersebut, menitip pesan kepada para pelaku penembakan.
“Guru-guru yang kalian bunuh itu mau menyelamatkan anak-anak kalian (dari kebodohan),” ujarnya di Jayapura, Senin (11/4/2021).
Oktovianus Rayo dibunuh oleh KKB pada Kamis (8/4/2021), sementara Yonatan Randen ditembak pada Jumat (9/4/2021).
Sohilait menegaskan, tuduhan KKB bahwa Oktovianus Rayo adalah mata-mata aparat keamanan sangatlah keji.
Dengan sulitnya kondisi geografis, serta minimnya sarana infrastruktur di Beoga, membuat tidak banyak guru mau ditempatkan di lokasi yang berada di ketinggian 3.500 meter dari permukaan laut tersebut.
“Mereka berdua itu guru-guru honorer, karena tidak mungkin ada guru saya dengan situasi begitu mau mempertaruhkan nyawanya dengan membawa-bawa senjata, saya pikir itu tidak benar, jangan mengalihkan opini setelah kalian menghilangkan orang punya nyawa,” kata Sohilait.
Selain itu, ia juga menyebut masih ada tujuh orang guru yang saat ini masih berada di Beoga.
“Kemarin (10/4/2021) yang sudah dievakuasi tiga guru dan dua keluarganya. Masih ada tujuh guru di Beoga, tapi dalam perkembangannya mereka bisa ukur-ukur sendiri apa mereka mau dievakuasi atau tetap di Beoga,” kata Sohilait.
Kamis (8/4/2021) sekitar 09.30, KKB melakukan aksi penembakan di sebuah kios di Kampung Julugoma.
Akibatnya, Oktovianus Rayo, guru SD Impres Beoga tewas karena ditembak.
Kemudian pada Jumat (9/4/2021) sore, kelompok tersebut melakukan penembakan kepada Yonatan Randen, guru SMPN 1 Beoga di bagian dada.
Korban yang sempat dibawa masyarakat ke Puskesmas Beoga akhirnya meninggal dunia.
Proses evakuasi jenazah baru bisa dilakukan hari ini karena KKB masih berada di Lapangan Terbang Beoga.
Kedua jenazah baru dapat dievakuasi ke Mimika pada Sabtu (10/4/2021) setelah Pemerintah Kabupaten Puncak membayar sejumlah uang tebusan kepada KKB untuk membiarkan pesawat masuk ke Bandara Beoga