Keuskupan Timika Kirim Bantuan Sembako 1,2 Ton untuk Warga di Intan Jaya
Suaranewspapua.com – Gereja Katolik Keuskupan Timika mulai mengirimkan sembako untuk para masyarakat yang saat ini tinggal di gereja dan pastoran paroki Bilogai, Intan Jaya, Papua.
Ketua Pengembangan Sumber Daya Ekonomi (PSE) Keuskupan Timika, Beni Meo mengatakan, pengiriman perdana dilakukan hari ini, Selasa (23/2/2021).
Di mana keuskupan mengirimkan sebanyak 1,2 ton sembako menggunakan maskapai Alda Air yang disewa pihak kesukupan.
“Sembako yang kami kirim hari ini terdiri dari beras, mie instan, gula, kopi dan bahan makanan lain. Seharusnya bisa sampai 1,3 ton yang bisa diangkut, namun pastor Rinto Dumatubun akan ikut untuk memastikan sembako ini bisa sampai ke tempat tujuan, maka muatan kami kurangi,” kata Beni dalam rilis yang dikeluarkan Keuskupan Timika.
Beni juga mengatakan, ini adalah pengiriman pertama dan akan disusul dengan pengiriman-pengiriman selanjutnya. Di mana sembako yang saat ini masih ditampung di gudang Koperasi Maria Bintang Laut, akan dikirim dalam empat kali penerbangan.
Sementara itu, Rudolf Kambayong selaku administrator Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Keuskupan Timika menjelaskan, sembako yang dikirimkan untuk para warga di Bilogai merupakan sumbangan dari berbagai kalangan baik dalam bentuk uang tunai maupun sembako.
“Sumbangan dari umat paroki Katedral Tiga Raja, Paroki Sempan, Kuasi Paroki St. Sesilia SP 2, Paroki SP 3, umat katolik di SP 1, para guru dan murid SMA YPPK Tiga Raja. Ada dari berbagai kelompok seperti kelompok Karismatik Keuskupan Jayapura, karyawan PT Freeport Indonesia, Konferensi Wali Gereja Indonesia, Keuskupan Jayapura,” tutur Rudolf.
Lebih lanjut, Saul Wanimbo selaku Direktur SKP Keuskupan Timika mengungkapkan, warga yang saat ini tinggal di kompleks paroki Bilogai, Kabupaten Intan Jaya berjumlah seribuan jiwa yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak.
“Memang sebagian ada yang pulang ke kampung, namun kembali lagi untuk berlindung di kompleks paroki Bilogai, karena situasi keamanan belum kondusif,” ujarnya.
Saul menjelaskan, warga Intan Jaya yang memilih pergi sebenarnya sudah sejak pertengahan 2020 lalu.
Mereka memilih pergi ke sejumlah kabupaten tetangga seperti Nabire dan Paniai termasuk ke Mimika. Namun, Saul mengakui keuskupan belum bisa mengidentifikasi warga Intan Jaya yang berlindung ke Mimika. Sementara itu untuk warga yang pergi di Paniai, diduga sudah pindah ke Nabire.
Untuk itu, aksi pegumpulan bantuan bukan saja difokuskan kepada warga Intan Jaya yang tinggal di paroki Bilogai, tetapi juga yang saat ini ada di Nabire dan tinggal di rumah keluarga atau kerabat.
Pihak keuskupan berharap ketua-ketua kombas di Paniai dan Mimika bisa berinisiatif mendeteksi warga Intan Jaya yang berada di Mimika dan Paniai.
“Kita tahu di kota beban hidup cukup berat, sehingga keuskupan berpikir baiklah kalau paroki-paroki yang lain membantu warga yang tinggal lebih dulu ke Nabire dan Paniai. Ini akan menjadi tugas tim pastoral Keuskupan Timika yang ada di Nabire dan Paniai untuk mengkoordinir sumbangan yang masuk agar bisa disalurkan kepada mereka,” kata Saul.
“Jika ada kelebihan baru mereka kirimkan ke Bilogai. Gereja dan pastoran Bilogai saat ini menjadi posko untuk menampung bantuan yang masuk bagi para warga,” sambungnya.
Situasi di Intan Jaya saat ini, kata Saul, mustahil bagi masyarakat untuk berkebun. Karenanya keuskupan masih tetap mengharapkan kerelaan semua pihak yang berkehendak baik untuk membantu meringankan beban dari masyarakat Intan Jaya di tempat bantuan, dengan memberikan sumbangan baik berupa uang tunai maupun sembako.
Sebelumnya, pada Sabtu, 13 Februari 2021, Administrator Diosesan Keuskupan Timika, Pastor Marthen Kuayo Pr mengeluarkan surat permohonan bantuan ke paroki-paroki di seluruh keuskupan Timika.
Surat tersebut bertujuan meminta partsipasi dan dukungan serta solidaritas umat Katolik untuk membantu para warga yang tinggal di Gereja dan Pastoran Paroki Santo Misael Bilogai dan juga warga Intan Jaya yang sementara ditampung di paroki Santo Antonius Bumiwonorejo, Kabupaten Nabire akibat semakin memanasnya aktivitas kontak tembak antara TNI-Polri dan OPM.