
Oleh: Edward G. M (Aktivis dan Pengamat Papua)
“Tolak Otsus Jilid II, Referendum di Papua”, narasi inilah yang saat ini digulirkan melalui Media Sosial”.
Selama hampir 20 tahun Otsus dijalankan di Papua baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten bahkan samapi ke pedalaman, tanyakan pada diri kita apakah tidak ada nyatanya adatau tidak ada realitanya (Jangan Munafik).
Semenjak Otsus berjalan siapa yang menikmati, masyarakat akar rumput atau oknum yang mengaku Tokoh Agama yang mengatasnamakan Jemaat (saya titik beratkan kepada oknum yang menerima bantuan 2 Milyar dari anggaran Otsus dengan mengatasnamakan Dewan Gereja dan Jemaat).
Setelah tiba waktunya untuk diminta pertanggungjawabkan penggunaannya sekarang banyak berbicara di medsos, membuat narasi yang mengatasnamakan orang papua tidak butuh Otsus Jilid II. Ujung-ujungnya minta kesepakatan kalau Otsus diperpanjang tanpa harus mempertanggung jawabkan penggunaannya selama ini.
Ini yang menajdi Separatis sebenarnya siapa? Masyarakat akar rumpu atau oknum yang memakan anggaran 2 M?
Penguasa di papua saat ini siapa, masyarakat hidup tidak nyaman dan tidak sejahtera karena siapa, jangan bilang penguasa Indonesia yang melakukan ini, penguasa di Papua saat ini adalah kita pu orang-orang sendiri, mulai dari Gubernur, Bupati, Kepala Dinas dan sebaginya, jadi jangan giring kami kepada pembodohan dan kemunafikan.
Undang-undang Otsus yang sudah menjadi lembaran negara yang sah tentang Otonomi Khusus No.21 Tahun 2001, sudah dijalankan dan karena Undang-Undang Otsus jugalah Hak Kesulungan bagi orang di Papua dilaksanakan, lantas apalagi yang harus sembunyikan atau dikatakan tidak mensejahterakan orang papua.
Otsus di Papua sebenarnya tidak gagal, yang gagal adalah pelaksananya (oknum-oknum yang makan uang Otsus), sehingga sejalan dengan ini maka regulasi Otsus harus dirubah didalam penyalurannya, sebagaimana permintaan masyarakat Papua perpanjangan Otsus berikutnya harus diberikan kepada orang asli papua perkepala sebesar 1-3 juta setiap bulannya.
Para oknum-oknum tersebut tidak punya hati dan rasa malu, para pemakan uang rakyat inilah yang disebut separatis kesejahteraan orang papua, penjajah ekonomi rakyat papua. Merka yang dipercayakan oleh masyarakat papua ternyata merkea sendiri yang membodohi rakyat.
Semua yang terjadi dan realita yang ada menunjukan bahwa mereka bahagia hidup diatas penderitaan rakyat akar rumput, apalagi oknum-oknum yang selalu mengatasnamakan Dewan Gereja seperti saudara Socratez Yoman yang bekerjasama dengan oknum MRP untuk membangun dan menggiring opini kalau Otsus Gagal, orang papua hidup tertekan, hidup buruk, hidup tiak normal dan lain sebagainya.
Lihat dan hitung berapa banyak orang papua yang sudah maju, sudah memiliki jabatan, sekolah tinggi, ilmuwan, pengusaha, birokrasi, dan beberapa ahli, bisakah dihitung sekarang? Kalau tidak bisa menghitungnya berarti itu adalah jawaban dari perubahan atas Otsus selama ini.
Jangan munafik dan jangan jadi Yudas
Selamat dan Sukses buat kita semua dan Tuhan Memberkati kita
Papua, 21 Juli 2020